Wednesday, May 13, 2009

tenipuri cheerleader 2

Tenipuri no Cheerleader
Part 2

Sudah 3 tahun berlalu sejak kepergian Ryoma ke USA. Tak ada kabar dari Ryoma. Itu membuat Searra merasa penantiannya sia-sia belaka. Ia membuka laci meja riasnya. Dilihatnya fotonya bersama Ryoma sehabis pertandingan. Ryoma tampak malu-malu saat difoto berdua saja dengan Searra. Searra tersenyum miris. Sekarang Searra telah dewasa. Dia sekarang telah menjadi siswi SMU SEIGAKU. Dia tetap menjadi anggota klub cheersleader dan ia masih memiliki banyak penggemar. Cuma ada yang sedikit berubah. Kakaknya Syuusuke dan kekasihnya Tezuka melanjutkan study di Jerman. Syuusuke yang tak rela di tinggal pergi Tezuka ke Jerman, mengikuti Tezuka ke Jerman. Tadinya Searra tak setuju tapi melihat keseriusan dan ketulusan kakaknya. Ia tak berani melarang. Searra iri pada kakaknya yang berani menyusul kekasihnya. Sebenarnya Searra juga ingin menyusul Ryoma ke USA tapi hubungan mereka saja belum jelas. Ryoma belum pernah menyatakan perasaannya kepada Searra sehingga Searra belum yakin dengan perasaan Ryoma. Ia masih ragu. Sekarang perasaannya terasa diombang-ambing. Apalagi sejak Shirashi masuk ke Seigaku untuk menyusulnya. Posisi kapten di klub tennis diisi oleh Oishi dan wakilnya Inui. Sebenarnya Oishi merasa canggung karena ia terbiasa menjadi fuku-buchou. Namun ia mulai membiasakan diri dengan sebutan baru sebagai Buchou. Momo, Eiji, dan Kaidou masih bermain tennis namun Taka telah pensiun. Ia lebih memilih membantu orang tuanya di restoran sushi keluarganya. Menggantikan posisi Taka, Ryoma, Tezuka dan Syuusuke. Ada Shiraishi Kuranosuke, Yuuta Fuji, Kajimoto Takahisa, dan satu lagi Oshitari Kenya. Seperti yang kalian tahu mereka semua adalah saingan-saingan anak-anak Seigaku saat SMP dulu. Tapi ada alasan sehingga mereka pindah ke SMU Seigaku. Shiraishi pindah karena dia ingin PDKT sama Searra. Yuuta pindah karena disuruh jagain Searra selama dia di Jerman karena Syuusuke tidak bisa menjaga dan melindungi Searra jadi Yuuta harus mengambil alih pekerjaannya itu. Sedangkan Kajimoto dan Kenya alasannya masih belum diketahui.
Searra bersiap-siap untuk berangkat sekolah. ia terkejut mendapati Shiraishi menunggunya di depan gerbang rumahnya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Searra bingung.
“Mau mengajak berangkat bareng. Memangnya tidak boleh?” jawab Shiraishi enteng.
“Aku kan berangkatnya bareng Yuuta. Jadi kamu gak perlu menjemputku.”
“Kalau begitu biarin hari ini kita berangkat bareng, besok-besok kamu berangkatnya bareng Yuuta, ok?” Searra tak dapat menolak. Ia mengangguk. Yuuta yang baru selesai sarapan kebingungan mendapati adiknya raib. Tapi karena waktu sudah semakin mepet. Ia pun buru-buru berangkat ke sekolah.
“Kamu kok ninggalin aniki sih?” marah Yuuta.
“OMG… maaf. Aku lupa kasih tahu. Tadi Shiraishi menjemputku. Tadi aku berankat bareng dia.tapi besok aku berangkat bareng aniki lagi. Jangan marah ya?” rayu Searra.
“Hmm…” Searra hanya tersenyum.
“Aku ke kelas dulu.”
“Belajar yang rajin.”
“Cerewet deh. Dah-dah.”
“Dah-dah.”
“Hai, Yuuta!” sapa Shiraishi.
“Oi… kalau mau ajak adik orang berangkat bareng. Kasih tahu dulu kek. Gue kan khawatir.”
”Gomen-gomen. By the way, denger-denger loe lagi suka ma cewek ya? Boleh tahu?”
“Mang buat apa loe tahu?” Yuuta terlihat malas dan hendak pergi meninggalkan Shiraishi.
“Biar gue tebak…” Yuuta berhenti melaju. “Miyuki ya?” muka Yuuta nge-blush. “Gimana kalau kita membentuk hubungan mutualisme. Loe bantuin gue deketin adik loe. Gue bantuin loe deketin Miyuki.” Yuuta terlihat sedang berpikir.
“Gimana caranya?” Shiraishi membisikkan sesuatu di telinga Shiraishi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suzu terlihat bete abis. Gimana nggak, setiap diajak pulang bareng Inui selalu menolak. Selalu ada alasan untuk menolak. Menurut anak-anak cheers. Itu tanda-tanda kalau cowok sudah mulai tertarik ke cewek lain. Hal itu membuat Suzu tampak bete aja. Ia takut kalau perkiraan teman-temannya itu benar. Ia berniat curhat ke Sayaka, teman baiknya. Tapi Sayaka juga sedang sibuk sehingga tidak punya waktu untuk mendengarkan curhat Suzu. Suzu pun menelpon Yuna.
“Moshi-moshi.” Sapa Yuna.
“Moshi-moshi.” Balas Suzu. “Yuna… gue ke rumah loe ya?”
“Ok.”
Suzu yang baru sampai ke rumah Yuna. Langsung digiring ke kamar tidur Yuna. Yuna menyuruhnya untuk menginap sekalian karena pasti cerita Suzu bakalan panjang. Sejak masuk SMU, Yuna memang bukan lagi berstatus murid Seigaku. Sekarang dia bersekolah di Hyotei agar dirinya bisa selalu dekat dengan Choutarou. Keigo, kakak Yuna sungguh senang mendengar adiknya ingin masuk ke Hyotei. Ia tak peduli alasan adiknya. Yang penting adiknya masuk ke Hyotei. Titik.
“Gue ngerasa akhir-akhir ini Inui aneh. Diajak pulang bareng, nggak mau. Diajak kencan sehabis sekolah juga gak mau. Makan berdua aja di kantin juga gak mau. Dia kayaknya menghindari gue. Gue salah apa coba?”
“Nggak tahu.” Jawab Yuna singkat. Suzu mulai menangis. Yuna berusaha menenangkan temannya ini.
“Sayaka juga begitu. Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiibuk melulu. Gak tahu apa yang dia kerjain. Gue kan jadi gak punya temen curhat.”
“Kan masih ada gue?”
“Makasih.”
“Sama-sama.”
Saat Suzu mau melanjutkan curhatnya. Mulutnya disumpel oleh Yuna. Yuna berjalan perlahan kearah pintu dan membukanya cepat-cepat sampai-sampai membuat kakaknya yang sedang menguping, jatuh dengan bunyi yang keras.
“Kakak apa-apaan sih? Gak sopan tahu, nguping pembicaraan orang.”
“Maaf.”
Kakaknya mulai melacur juga (Melakukan curhat) ke adiknya. Ternyata ia juga merasa aneh dengan Sayaka. Biasanya Sayaka selalu saja seenaknya. Mengajak Atobe kencan padahal Atobe sedang melakukan latihan intensif. Menguapi Atobe tanpa diminta. Bersikap baik dan buruk secara bersamaan. Datang ke Hyotei hanya untuk melihatnya latihan. Padahal jarak antara Hyotei dan Seigaku lumayan jauh. Tapi akhir-akhir ini, hal-hal itu tidak lagi dilakukannya. Atobe jadi….
“Jadi kakak kangen ma Sayaka?”
“Iya… aaaaaaaaaaaaaah………. Nggak…….. siapa juga.” Suzu dan Yuna tertawa geli.
“Apa sih sulitnya mengaku kalau sudah ada benih-benih cinta diantara Atobe Keigo dan Shimano Sayaka.” Goda Suzu. Dia pun tertawa puas. Atobe bungkam.
“Mungkin sekarang Sayaka lagi menguji kakak? Abis kakak gak pernah bilang cinta ke Sayaka. Cewek kayak Sayaka juga butuh kepastian loh. Selama ini hubungan kalian berjalan seperti air mengalir. Gak ada dari kalian yang bilang cinta. Tahu-tahu sudah bersama aja.” Jelas Yuna. Atobe berpikir.
Malam semakin larut, Yuna mengusir kakaknya keluar karena ia dan Suzu hendak tidur. Sepanjang perjalanan ke kamarnya Atobe memikirkan ucapan adiknya tentang hubungannya dengan Sayaka. Haruskah ia menyatakan cinta ke Sayaka?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari minggu, tiba-tiba saja Yuuta mengajak Searra nonton flim. Tapi ternyata bukan hanya berdua tapi berempat. Di bioskop, Shiraishi dan Miyuki sedang menunggu.
“Aniki, apa-apaan sih?”
“Udah. Ikut aja.”
“Jangan seenaknya gitu dong.”
“Searra… please bantuin kakak.” Searra tampak bingung. “Kakak lagi naksir ma Miyuki.” Searra pun mengerti.
“Baiklah.”
Posisi duduk telah diatur oleh Shiraishi. Dia dan Searra duduk agak menjauh dari Yuuta dan Miyuki.
“Apa-apaan sih? Kok duduknya berjauhan gitu?” Searra terlihat gak senang.
“Kan udah dibilangin kalau Yuuta lagi PDKT ma Miyuki. Biarin mereka berdua.” Searra pasrah. Ia sibuk dengan pop corn dan soft drinknya. Dia tak tertarik dengan Shiraishi yang duduk disampingnya.
Flim sudah selesai diputar. Searra buru-buru keluar dari ruang bioskop. Shiraishi menyusulnya. Yuuta yang melihat adiknya bete. Buru-buru menarik Miyuki keluar dari ruang bioskop dan mengikuti Searra dan Shiraishi.
“Searra, tunggu!” Searra tak menggubris. Dia terus berjalan. Dia baru berhenti begitu melihat Sayaka sedang berdiri di depan pintu masuk restoran seperti sedang menunggu seseorang. Beberapa detik kemudian, Inui datang dan menggenggam tangan Sayaka dan mengajaknya masuk.
“Oh, GOD! Imposibble.”
“Ada apa?” Tanya Shiraishi bingung.
“Searra? Maaf kakak…”
“Ikut aku.” Potong Searra.
Searra masuk ke restoran, tempat Sayaka dan Inui bertemu. Ia berusaha untuk tidak terlihat oleh Sayaka maupun Inui. Dia mencari tempat duduk yang jaraknya cukup aman untuk melihat dan mendengar apa yang tengah terjadi antara mereka berdua. Shiraishi, Yuuta dan Miyuki mulai mengerti saat arah pandangan mereka melihat kearah Inui dan Sayaka. Mereka pun mulai tertarik. Karena berita keretakkan hubungan Suzu-Inui sudah melebarluas ke seluruh penjuru sekolah. Banyak penggemar Suzu yang memberanikan diri mendekati Suzu. Kalau biasanya mereka tidak berani karena Inui akan meracuni mereka dengan jus buatannya. Sekarang mereka tidak takut karena Inui seakan-akan tidak peduli jika kekasihnya didekati.
Searra bisa melihat jelas kedua senpainya itu tapi ia tidak dapat mendengar pembicaraan mereka. Maka dari itu ia maju dua meja dari tempatnya duduk. Tapi posisinya itu masih aman. Selain Searra ternyata ada Oshitari yang penasaran juga. Oshitari dan Searra hampir saja berteriak karena terkejut tapi tidak jadi karena masing-masing dari mereka menutup mulut teman sebelahnya (Oshitari menutu mulut Searra, Searra menutup mulut Oshitari). Mereka pun mendengar pembicaraan Inui-Sayaka.
“Maaf, memanggilmu kemari.” Sayaka memulai pembicaraan.
“Tidak masalah. Bagaimana kabarmu?”
“Aku lelah.” Sayaka terlhat sangat lesu. Wajah jahil ala iblis miliknya berganti menjadi sosok wanita yang lemah yang butuh kasih sayang. Inui menggenggam tangan Sayaka.
“Tenang. Aku disini. Kamu selalu bisa mengandalkanku.” Sayaka tersenyum manis. Sangat manis. Senyum yang belum pernah dilihat oleh Oshitari maupun Searra. Mereka syok.
“Apa mungkin?” Searra dan Oshitari saling berpandangan. Oshitari dan Searra kembali ke tempat duduk mereka dan mengajak teman makan mereka untuk keluar dari restoran karena mereka sudah tidak nafsu untuk makan.
“Ada apa Oshitari? Kok kita gak jadi makan?” Tanya Gakuto yang aneh karena begitu Oshitari kembali dari Toilet (alasan Oshitari). Oshitari malah mengajaknya pergi. Oshitari hanya diam tak berbicara apa-apa.
Esoknya, Searra menceritakan apa yang ia dengar dan ia lihat kepada Suzu. Suzu tampak terkejut. Hal serupa juga dilakukan oleh Oshitari. Atobe tampak terkejut tapi ia bersikap tak peduli padahal dalam hati. Ia sedih dan menyesal karena baru sekarang ia menyadari perasaannya dengan Sayaka.
Suzu berusaha menguji Inui lagi. Ia mengajak Inui untuk pulang bersama lagi tapi Inui menolak dan memberi alasan yang sama. Ia sibuk. Sehabis ia mengajak Inui pulang bersama. Ia tidak langsung pulang. Ia mengikuti Inui. Dilihatnya Inui sedang menunggu seseorang di taman dekat sekolah. dilihatnya Sayaka yang datang.
“Maaf membuatmu menunggu.”
“Tidak apa-apa.”
“Suzu bagaimana? Apa Suzu tidak apa-apa kalau kalian jadi jarang pulang bareng?”
“Suzu pasti mengerti.”
Inui dan Sayaka pun berlalu. Suzu menangis di tempat ia berdiri. Ia kecewa pada Inui. Ia menelfon Yuna. Yuna segera menjemput Suzu yang sudah tidak punya tenaga untuk beranjak dari tempat ia berdiri. Yuna menyuruh Searra, Oshitari dan yang lainnya untuk datang. Searra dan Oshitari menceritakan apa yang mereka dengar dan mereka lihat. Hal itu membuka luka Suzu dan Atobe lagi. Lalu, mereka mendengar pengakuan mengejutkan dari Momo dan Madoka yang juga mempergoki mereka berdua di taman sedang bicara serius. Juga pengakuan Oishi yang sering melihat Inui menelfon seseorang yang ia tidak tahu siapa dia. Juga Eiji yang melihat Inui baru keluar dari rumah Sayaka. Satu per satu fakta itu membuat Hati Suzu dan Atobe tambah teriris.
“Aku gak terima….”
“Kamu mau apa?” Tanya Yuna.
“Lihat aja nanti.”
Besoknya, hal yang menggemparkan terjadi. Suzu mendatangi Inui saat jam istirahat. Ia mendatangi Inui yang sedang latihan di lapangan Tennis. Di saat itu, banyak anak-anak perempuan juga laki-laki (Para laki-laki abnormal a.K.a u know lah!!!^^) yang datang melihat anak-anak klub Tennis latihan.
“Aku mau bicara!” ujar Suzu serius.
“Hmm.” Tanggapan sederhana dari Inui. Hal itu membuat Suzu bertambah kesal.
“Kita putus.” Kalimat singkat itu mampu membuat Inui yang jarang terkejut. Terkejut.
Melihat kedua pasangan yang paling adem ayem ini cek-cok. Berita langsung menyebar. Tiba-tiba lapangan Tennis bertambah padat. Sayaka yang mendengar keributan langsung bergegas ke lapangan Tennis. Inui tampak tak bereaksi. Suzu mengulang lagi kalimat singkat, padat, jelasnya itu.
“Kita putus.” Katanya sekali lagi. Sayaka terkejut. “Aku serius. Sekarang aku dan Keigo berpacaran. Aku sudah tidak membutuhkanmu.” Sayaka terkejut tapi ia berusaha tenang.
“Suzu, apa kau yakin? Apa tak bisa dibicarakan lagi?” Sayaka berusaha membantu Inui walau sebenarnya ia juga berusaha untuk membantu dirinya sendiri. Walau ia berniat melepas Inui tapi masih saja ada perasaan untuk Atobe. Ia masih mencintai Atobe dan ia tahu itu. Dalam hati Sayaka menjerit terluka.
“DIAM KAU!!! KUKIRA KAU TEMANKU. TAPI TEGANYA KAU MENUSUKKU DARI BELAKANG. AKU MEMBENCIMU. DASAR WANITA JALANG!” Kalimat terakhir itu mengejutkan Sayaka dan Inui. Suzu dikenal tak pernah menghina atau berkata kasar kepada orang lain apalagi pada temannya sendiri. Tapi kemarahan dan kebencian Suzu sudah sangat akut. Tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Inui menampar Suzu dengan sangat keras. Semua yang melihat drama cinta segitiga mereka pun terkejut bukan main. Anggota klub tennis dan cheers pun begitu.
“Hei… beraninya kau memukul seorang wanita!” Atobe tiba-tiba datang dan langsung membela Suzu. Sayaka terkejut bukan main. Atobe langsung menghampiri Suzu yang menangis karena ditampar Inui dan memeluk untuk menenangkannya.
“Itu bukan urusanmu.” Inui berkata dengan ekspresi sangat dingin (sebenarnya cemburu tapi Inui gak pinter berekspresi makanya begitu…).
Atobe hendak memukul Inui. Sayaka langsung berdiri di depan Inui untuk mencegahnya. Sayaka yang biasanya cukup memerintah Atobe (secara Atobe takut ma Sayaka). Tak berani berkata-kata lagi. Ia lelah. Ia lelah mencari perhatian Atobe dengan cara membuat Atobe terbelenggu oleh rasa takut kepadanya. Ia ingin melepaskan Atobe makanya beberapa minggu ini ia menghindari Atobe dan bersikap beda daripada biasanya. Membuat Atobe menyadari perasaannya tapi TERLAMBAT.
“Minggir Sayaka!” Atobe siap memukul Inui.
“Tidak akan.” Ucapan Sayaka membuat Atobe bertambah marah karena dibakar api cemburu. Hampir saja ia akan memukul Sayaka juga namun dicegah Yuna.
“Tahan amarahmu!” mohon Yuna takut. Bagaimanapun Sayaka juga sahabatnya. Ia bagai ibu pengganti untuknya (secara orangtuanya sibuk bukan main. Ia hanya tinggal bersama kakaknya yang overprotektif). Yuna percaya ada sesuatu yang terjadi pada Sayaka. “Sayaka? Jika kau ada masalah. Ceritakanlah! Kami siap mendengarkan.”
“YUNA!!!” Suzu terlihat tidak senang.
“Suzu… Sayaka juga sahabatku. Kau sahabatku. Madoka dan Searra juga. Aku tak bisa kehilangan salah satu dari kalian.” Terlihat Searra, Madoka, dan Suzu merenung.
Tiba-tiba Inui mendekati Suzu. Wajahnya memancarkan ketidaksenangan. Suzu mundur beberapa langkah. Atobe berusaha melinduni Suzu takut Inui mau menampar Suzu lagi (Doyan kali?).
“Kau mau putus? Kau mau berpacaran dengan Atobe Keigo? Silahkan. Aku juga tidak peduli.” Jawabnya pada akhirnya. Suzu tak sanggup menahan airmatanya lagi. Selesai Inui mengucapkan hal itu. Ditariknya Sayaka keluar dari lapangan. Tampak Sayaka membiarkan Inui membawanya. Ia melihat ke belakang kearah Atobe yang tak percaya bahwa hubungannya dengan Sayaka yang belum dimulai harus berakhir. Kearah Suzu yang menangis.
“PLAK!” Sayaka menampar Inui. “Kenapa kau mengatakan hal itu pada Suzu? Dia cuma salah paham. Kalau kau jelaskan ia juga akan mengerti.”
“Tak perlu.”
“Inui?” Sayaka terlihat memelas.
“Saat ini, yang paling membutuhkanku itu kamu bukan Suzu. Dia akan baik-baik saja.”
“Tapi kalian saling mencintai dan gara-gara aku…” Inui memeluk Sayaka yang mulai menangis.
“Kau tak bersalah. Tak ada yang bersalah. Ini memang harus terjadi.” Sayaka membiarkan dirinya menangis dipelukan Inui.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suzu masih tetap menangis. Masih terasa jelas sakit sehabis ditampar Inui. Rasa sakit Suzu bertambah karena ia dikhianati oleh kekasih sekaligus sahabatnya sendiri. Hal serupa dirasakan oleh Atobe. Baru juga menyadari perasaannya pada Sayaka. Ia malah justru harus kehilangan Sayaka. Untuk pertama kalinya Yuna melihat kakaknya begitu gusar.
“Nii-sama? Daijoubu ka?” Atobe tidak menjawab. Ia hanya memeluk erat adiknya. “Nii-sama…”
“Aku sudah kehilangan dia.” Yuna memeluk erat kakaknya. Malam itu, ia menemani kakaknya hingga kakaknya mulai merasa sedikit baik.
Keesokan harinya, Suzu masih saja melancarkan rencananya. Ia berusaha terlihat baik-baik saja dengan berakhirnya hubungan dirinya dengan Inui. Ia juga selalu ingin membuat Inui cemburu dengan menelfon dan menyapa Atobe mesra dan ia juga meminta Atobe untuk menjemputnya ke sekolah. Atobe mau-mau saja. Ia masih berharap akan melihat Sayaka saat ia menjemput Suzu. Ia juga ingin membuat Sayaka cemburu makanya ia juga bersikap mesra pada Suzu. Inui dan Sayaka berusaha tidak peduli tapi hati mereka sakit melihatnya.
“Mau sampai kapan loe begini?” Yuna menjadi kesal sendiri. “Apa salahnya kalau sekarang Sayaka dengan Inui. Loe kan bisa cari yang lain? Jangan jadiin kakak gue alat loe buat balas dendam.”
“Kamu gampang ngomong gitu. Tapi kenyataannya susah…” Suzu kesal.
“Tapi mau sampai kamu nyakitin hati kamu sendiri?”
“Itu benar kak? Aku… gak suka suasana yang sekarang. Aku rindu suasana waktu kita masih sama-sama.” Searra terlihat sedih. Ternyata ia merindukan Sayaka juga. “Kak Madoka juga kan?” Madoka diam.
“Aku cuman bisa bilang. Jangan sampai persahabatan yang kita bangun capek-capek. Hancur cuman gara-gara laki-laki.”
“Jadi kalian mau nyalahin gue? Yang salah itu Sayaka. Dia yang mulai duluan.” Suzu bersikeras.
“Whatever,” Yuna menyerah juga akhirnya. Bicara dengan Suzu yang sekarang percuma. Zero.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Searra terlihat lemas sekali. Ia pergi ke atap sekolah. Berusaha menenangkan diri. Tiba-tiba matanya ditutup oleh seseorang.
“Siapa nih? Jangan bercanda deh.” Marahnya karena diganggu.
“Jangan marah dong. Kenapa?” Shiraishi berusaha menunjukkan perhatiannya. Searra sebenarnya enggan namun dia butuh teman bicara. Ia menceritakan keluh kesahnya. Shiraishi mendengarkannya tanpa menyela. Searra sedikit respect pada Shiraishi. “Aku gak bisa bantu banyak karena aku gak mau terlalu ikut campur. Lagipula aku gak terlalu akrab dengan Inui, Sayaka, Atobe, dan Suzu. Tapi, yang bisa kusarankan. Biarkan mereka sendiri yang menyelesaikannya. Kau. Cukup bantu dengan doa dan perhatianmu untuk Suzu juga Sayaka. Jangan hakimi salah satu dari mereka. Karena kurasa ini cuma salah paham saja. Pasti suatu saat akan terungkap.” Searra mengangguk. “Mau menemaniku makan siang? Aku lapar.” Searra tersenyum.
“Baiklah.” Shiraishi memegang tangan Searra. Searra hendak marah dan melepas tangannya yang digenggam. Tapi akhirnya ia membiarkannya saja. “Untuk hari ini saja.” Katanya dalam hati.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yuna bingung bagaimana harus merukunkan Sayaka dengan Suzu. Ia bahkan mencuekin Choutarou padahal mereka sedang berkencan.
“Kamu kenapa sih? Kok diem aja sih, aku kan ngajak kamu ngomong.”
“Ah? Gomen… gomen… aku lagi pusing masalah Sayaka-Suzu. Maaf ya!”
“Hmm…”
“Gak marah kan?”
“Aku gak mungkin marah ma kamu.” Yuna tersenyum. “Ayo makan lagi.” Yuna mengangguk. Tiba-tiba dia punya rencana.
“Minggu depan kan aku ulang tahun?”
“Iya. Memangnya kenapa?” jawab Choutarou cuek.
“Kok kamu biasa aja?”
“Abis… Cuma kamu yang selalu inget ulang tahun walau sesibuk apapun. Aku jadi kesel. Aku kan gak bisa bikin kejutan jadinya.”
“Aku gak butuh kejutan. Yang aku butuh itu kamu di sisi aku.” Choutarou tersenyum. “Kamu mau bantu aku gak?”
“Apapun.” Yuna tersenyum dan mencium Choutarou sekilas.
Malamnya….
“Please… Sayaka… minggu depan aku ulang tahun. Masa kamu gak mau ikut nginep?”
“Di acara kamu pasti ada Suzu dan Keigo. Mereka pasti tidak mau bertemu aku.”
“Gak akan ada yang berani menolak. Suzu dan kakak pasti ikut dan mereka harus ikut begitu juga denganmu. Aku mau mengajak semua anak klub tennis dan cheers dari Seigaku dan Hyotei. Please. Permintaan seumur hidup.”
Seperti yang Yuna bilang. Tak ada yang berani menolak. Mau gimana lagi. Ngambeknya Yuna itu lebih parah dari Searra. Tapi karena Yuna jarang ngambek. Gak ada yang sadar. Tapi kalau udah dibuat ngambek bakal ngerepotin dua sekolah (hahahhahahhaaaa….. lebay banget!!!!). Suasana tegang dari kubu Atobe-Suzu dan Inui-Sayaka. Yang lain? Mati aja deh. Yuna berusaha mencairkan ketegangan tapi gagal. Tapi tidak ada kata pantang menyerah dalam kamus Yuna (Kayaknya baru seri ini doang deh! Secara waktu pacaran ma Tezuka. Tezuka di rebut ma Fuji. Nyerangnya cepet amet ).
“Hmm…. Kalian bantu merias ruangannya ya? Buat pesta nanti malam.”
“Kenapa gak suruh orang-orang kita aja sih?”
“Kakak… kan lebih enak kalau gotong-royong.”
“Hmm…”
“Kakak ma Sayaka bagian sana. Inui ma Suzu bagian situ.”
“GAK MAU.” Kompak Inui-Suzu-Atobe-Sayaka.
“Kompaknya!!!” canda Yuna. Mereka berempat buang muka.
Akhirnya Suzu tetap dengan Atobe dan Sayaka dengan Inui.

No comments:

Post a Comment