Sunday, January 10, 2010

Doushite kimi wo suki ni natte shimattandarou [FIN]

Doushite kimi wo suki ni natte shimattandarou
(TEZUKA x FUJI, ATOBE x FUJI)

Musim semi telah tiba, sudah beberapa tahun berlalu sejak Tezuka lulus dari Universitas. Kini, ia telah bekerja di salah satu perusahaan di bidang ekspor-impor. Hari-harinya di jalani dengan biasa, tak ada yang special. Kekasih pun ia tak punya. Hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Sekarang saja, dia sedang duduk dan memandangi komputernya. Masih mengerjakan tugas kantor. Matanya mulai sakit karena sudah terlalu sering memandangi layar komputer. Pundak, pantat dan punggungnya mulai pegal karena kelamaan duduk.
Tezuka mulai merenggangkan otot-ototnya. Sepertinya ia butuh istirahat sekarang. Telfon berdering. Tezuka berjalan menuju meja telfon dan mengangkat telfonnya.
“Moshi-moshi.” Sapanya pada penelfon.
“Moshi-moshi, tezuka ka? Ini Oishi... minggu depan kau ada waktu?”
“Kenapa?”
“Aku ingin mengadakan reuni. Semuanya bisa hadir. Bagaimana denganmu?”
“Semua? Fuji juga?”
“Tentu saja. Bagaimana? Bisa?”
“Eng.” Telfon di tutup.
Saat itu juga ingatan akan Fuji kembali berkelebat di otaknya. Sudah hampir 10 tahun sejak mereka lulus bersama di SMA. Sejak itu, tidak ada kabar darinya. Fuji seakan hilang dari permukaan bumi dan jika memang dengan ikut reuni kali ini, ia bisa menemuinya. Kenapa tidak?

Flash back

Tezuka tengah melihat-lihat daftar murid untuk mengetahui dimana kelasnya. Di saat ia tengah mencari namanya yang ternyata berada di kelas 1-2. Dia juga menemukan nama yang di kenalnya, Fuji Syuusuke. Wajah Tezuka terkejut. Masalahnya ia tidak mengetahui bahwa SMA pilihannya juga merupakan SMA pilihan Fuji.
“Tezuka?” panggil Fuji akrab. Tak kalah terkejut namun senang. Senyum mengembang di wajahnya yang cantik.
“Fuji?” tanpa di sadari. Seakan menular. Tezuka pun tersenyum. Senang.

Di atap sekolah,

Tezuka dan fuji menyempatkan diri untuk makan siang bersama di atap sekolah. Banyak hal yang ingin di bicarakan oleh mereka. Tapi tak ada satu pun yang bersuara. Mereka sama-sama menelan kata-kata mereka.
“Fuji? Tezuka?” ucap mereka bersamaan.
“Kau duluan.” Tezuka mempersilahkan.
“Kau saja.” Fuji membalikkan.
“Kenapa di sini?”
“Heh?” Fuji sedikit tidak mengerti maksud pertanyaan itu. “Oo... maksudmu sekolah?” tanya fuji memperjelas. Ia pun memamerkan senyumnya yang khas. Tezuka mengangguk, mengiyakan. “Memangnya kenapa kalau aku sekolah di sini?”
“Ti—tidak apa-apa sih. Hanya saja...” Tezuka malah salting di tanya begitu. Fuji menyenderkan kepalanya di pundak Tezuka. “Fu—ji?”
“Aku hanya iseng. Tapi sekarang aku senang...” Fuji menatap mata Tezuka. “Senang karena bisa sekolah di sekolah yang sama denganmu.” Senyum manis terkembang. Selalu, setiap saat di wajahnya.
“A—ku juga.” Wajah Tezuka sedikit bersemu.

Back to now

Tezuka sedang menuju salah satu hotel berbintang untuk menemui kliennya. Ia berdandan rapi dan memakai pakaian resmi. Maklum, kliennya ini sangat penting. Salah sedikit, bisa-bisa Tezuka kehilangan kontrak kerja yang bernilai tinggi. Sang klien menunggu di restoran hotel. Tezuka pun segera bergegas menemui klien itu di restoran hotel. Di saat matanya menelusuri semua seluk-beluk restoran untuk mencari klien pentingnya. Ia menemukan sosok yang sangat amat di kenalnya. Tanpa sadar kakinya melangkah menghampiri sosok yang di kenalnya itu.
“Fuji?” sosok itu pun menengok saat ia merasa namanya di panggil oleh suara yang amat familiar di kupingnya.
“Tezuka?!” Fuji tak kalah terkejut saat menemukan Tezuka di sini.
“Sedang apa di sini?” tanya mereka bersamaan. Mereka pun tertawa.
“Duduk.” Fuji mempersilahkan.
“Terima kasih.” Tezuka duduk di depan Fuji. Mereka duduk berhadapan, saling memandang. Tak ada yang keluar. Suasana masih sangat kagok.
“Ng..” Tezuka hendak mengatakan sesuatu.
“Ya?” Fuji terlihatnya juga masih merasa risih dengan suasana yang kagok ini.
“Kenapa kau di sini?” akhirnya Tezuka memulai obrolan.
“Aku ada urusan kerja dengan perusahaan ...” Fuji menyebutkan perusahaan tempat Tezuka bernaung.
“Itu perusahaanku. Jadi klienku itu...?”
“Sepertinya aku.” Fuji tersenyum senang.
Beberapa jam berlalu, dan mereka mulai mengobrolan masalah pekerjaan. Karena bagaimanapun pekerjaan harus di utamakan lebih dulu. Setelahnya, mengobrol secara pribadi tak masalah kan?
“Habis ini ada waktu?” Fuji yang memulai kali ini.
“Ada.” Tezuka langsung menjawab tanpa berpikir. Fuji tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya ini. “Kenapa tertawa?”
“Tidak... hanya merasa senang saja. Sudah lama kita tidak berbincang seperti ini.”
“Ya. Kau benar.”
“Ayo.”
Fuji mengajak Tezuka ke bar biasa ia minum kalau sedang suntuk. Mereka mulai menceritakan cerita masing-masing selama 10 tahun terakhir ini. Di ketahui, Fuji melanjutkan study nya di luar negeri. Karena sistem perkuliahan yang berat, Fuji kesulitan meluangkan waktunya untuk bercakap-cakap pada keluarganya apalagi sahabat.
“Kenapa tiba-tiba?” maksud Tezuka adalah kuliah di luar negeri.
“Tidak ada apa-apa. Hanya ingin saja.” Jawab Fuji berbohong. Alasan sebenarnya ia pergi adalah untuk menghindari Tezuka dan melupakan cintanya pada Tezuka.

Flash back

“Aku suka kamu.”

Harus berapa kali Fuji melihat pemandangan ini. Tezuka yang di panggil para murid perempuan di sekolahnya untuk menyatakan cinta. Bukannya iri karena Tezuka populer, karena Fuji pun demikian. Tapi ada alasan lain kenapa Fuji tidak senang para wanita itu mendekati Tezuka tiada henti. Dia cemburu. Bukan pada Tezuka tapi pada para gadis itu, karena di lubuk hatinya yang terdalam. Ia mencintai Tezuka. Namun tak bisa di ucapkannya, karena tidak mau persahabatan yang sudah lama di bangun hancur. Fuji menekan perasaan selama bertahun-tahun. Sakit memang, tapi inilah yang terbaik baginya untuk tetap bisa bersama Tezuka. Sebagai sahabat.
“Habis darimana kau?” tanya Fuji. Berusaha biasa saja, walau sebenarnya ia sakit menahan perasaan.
“Tidak habis mana-mana.” Dusta Tezuka. Fuji tahu ia berbohong karena Fuji melihat sendiri dimana dan sedang apa Tezuka. Hatinya bertambah sakit karena kebohongan kecil Tezuka.
“Oh.” Tanggapnya singkat.
Tezuka bukannya tak menyadari keanehan Fuji tapi ia tidak berani bertanya takut keadaan aneh itu bertambah. Tezuka berusaha mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain.
“Hari ini temani aku ke toko sepatu, mau?” Fuji menatap Tezuka. Mengangguk.
“Mau.”

Back to now

Sejak hari itu, Tezuka dan Fuji kembali sering bertemu dan mengobrol. Saat reuni pun mereka berangkat bersama. Tezuka menjemput Fuji dengan mobil dan pergi ke restoran sushi keluarga Taka. Semuanya menyambut. Semuanya hadir. Tentu saja dengan penampilan mereka yang lebih dewasa. Momo menjadi supir truk. Taka mewarisi restoran keluarganya. Oishi? Dia menjadi dokter sekarang. Eiji menjadi guru TK, sesuai dengan imagenya yang kekanak-kanakan. Inui sekarang bekerja di lab, sepertinya ia berhasil menjadi ilmuwan. Semoga saja tidak ada yang pingsan atau mati karena penemuannya. Melirik ke masa-masa penuh penderitaan anak-anak Seigaku yang harus meminum jus buatannya. Kaidou tanpa di sangka-sangka sekarang sudah menjadi model. Pertemuannya dengan pencari bakat membawanya ke dunia selebritis. Hanya Ryoma satu-satunya yang masih melanjutkan tenis, sekarang ia menjadi pemain tenis pro di Amerika. Dia sengaja datang jauh-jauh dari Amerika untuk menghadiri reuni ini. Sungguh baik.
Lama mereka mengobrol. Sampai pada akhirnya reuni berakhir dan waktunya mereka semua berpisah. Tezuka kembali mengantar Fuji dengan mobilnya.
“Terima kasih atas tumpangannya.”
“Sama-sama.”
“Aku masuk ya. Dah!” tanpa sadar tangan Tezuka menahan tangan Fuji. Tak ingin Fuji pergi. “Tezuka?”
“Selamat malam. Oyasumi.” Wajah Fuji sedikit menunjukkan kekecewaan.
“Hai’... oyasumi.” Fuji pun masuk ke apartemennya. Melihat Tezuka pergi dari balik jendelanya. Mobil itu sudah jauh tak terlihat.
Telfon Fuji berbunyi. Ia yang sedari tadi sibuk melihat Tezuka yang semakin menjauh segera mengangkat telfon yang berdering minta di jawab. Fuji meraih gagang telfonnya. Menyapa sang penelfon.
“Hai’ mosh-moshi.” Wajah Fuji menegang saat di sadarinya siapa yang menelfonnya. Fuji merasa bagai di bangunkan dari mimpi indah dan di paksa untuk menghadapi kenyataan. Kesedihan jelas terbaca dalam wajahnya. “Kau?... aku habis reuni. Ya! Aku mengerti. Akan ku tunggu.” Telfon di tutup.
Fuji masuk ke kamar mandi. Menanggalkan semua pakaiannya. Membasuh tubuhnya dengan air shower. Pintu kamar mandinya pun terbuka. Fuji menengok. Sosok di depannya tersenyum, senang melihat Fuji dalam keadaan bertelanjang bulat.
“Kau? Aku kan sedang mandi. Jarang sembarang di buka dong!” sosok itu mendekati Fuji. Menciumi tubuh mulus Fuji. “Atobe... hentikan!” wajah Fuji bersemu merah sekali.
“Aku rindu.” Ucap Atobe. Fuji memeluk Atobe dan mereka pun mulai berciuman dan Fuji membiarkan Atobe melepaskan rindunya di atas kasur.

Paginya,

Atobe terbangun tanpa Fuji di sampingnya. Dia bangkit, memakai celananya dan mencari-cari Fuji. Ternyata sosok yang di carinya berada di dapur, sedang membuatkan sarapan.
“Pagi~!” sapa Atobe mesra dan mencium pundak Fuji.
“Pagi. Sarapan sebentar lagi siap. Tunggulah!” Fuji sedikit menengok agar dapat melihat wajah Atobe.
“Senangnya~! Setelah ini, kau akan terus membuatkanku sarapan.” Fuji berbalik. Membelakangi Atobe. Wajahnya memucat. Kenyataan telah menariknya jauh dari mimpi-mimpi indahnya. “Aku mencintaimu.” Bisik Atobe penuh cinta.
“Aku juga.” Jawabnya setengah hati.
Sejak pertemuan kembalinya dengan Tezuka. Fuji menjadi lupa akan sesuatu yang penting. Hubungannya dengan Atobe. Ia lupa atau mungkin sengaja melupakan bahwa kini ia tidaklah sendiri. Sekarang ada Atobe di sisinya. Betapa jahatnya Fuji jika harus mengkhianati cinta Atobe padanya.
Fuji menaruh sarapan di meja dan duduk berhadapan dengan Atobe. Sekarang, Atobe tengah menelfon. Sepertinya dari Oshitari, seketarisnya.
“Ok... baiklah! Atur semuanya.” Atobe menutup telfonnya. “Maaf.”
“Tidak apa-apa.” Fuji memasang senyumnya.
“Ada sesuatu?” Fuji buru-buru menggeleng.
“iie... tidak ada apa-apa kok.” Ia menggenggam tangan Atobe. “Semuanya baik-baik saja.” Ucapnya pada Atobe namun di tunjukkan untuk dirinya sendiri. Fuji harus melupakan Tezuka. Harus. Karena ia...
“Oh ya, semua persiapan sudah selesai.” Atobe nampak senang. “Kita bisa menikah kapan saja.” Ujarnya senang. “Kau senangkan?” Fuji memaksakan dirinya untuk mengangguk dan tersenyum. Ia bangkit dan berjalan menghampiri Atobe. Memeluknya.
“Aku senang.” Ucapnya. “Selamat tinggal, Tezuka.” Ucapnya dalam hati.

Karena urusan pekerjaan yang sudah selesai, Tezuka merasa senang karena dirinya dan Fuji tak lagi terikat hubungan kerja. Jadi dia bebas menemui Fuji tanpa harus mementingkan urusan pekerjaan dan sekarang ia semakin senang. Karena Fuji mengajaknya makan siang bersama. Senyum tak henti-hentinya merekah di wajah Tezuka yang biasanya dingin, tanpa ekspresi. Fuji membuatnya menjadi orang yang berbeda. Tezuka senang dapat bertemu dengan Fuji lagi. Serasa kembali ke masa-masa SMA dulu.
Fuji duduk di bangku dekat jendela. Menatap jendela dengan pandangan menerawang. Tezuka terdiam sesaat di ambang pintu restoran. Fuji mengalihkan pandangannya. Ia melihat Tezuka. Ia tersenyum, menutupi perasaan sebenarnya. Tezuka pun membalas senyum itu dan mendekati Fuji.
“Maaf membuatmu menunggu.”
“Tidak masalah. Bagaimana pekerjaanmu?”
“Baik.” Fuji hanya tersenyum. Tak banyak keluar obrolan. Mereka makan dengan sunyi. Tezuka yang mulai tidak tahan. Memulai topik.
“Kenapa memanggilku? Ada yang ingin di bicarakan?” Fuji tertohok. Hal yang selama ini di tunda-tundanya tak bisa lagi di tahan. Fuji berhenti makan. Menatap lurus ke bola mata Tezuka yang gelap.
“Aku ingin memberikan kabar gembira.” Jawab Fuji terbata-bata. “Aku akan menikah.” Tambahnya. Tezuka beku di tempat. Menelan ludahnya saja ia tak sanggup. Ia terkejut. Sangat.
“Oh!” akhirnya Tezuka berhasil membiasakan dirinya. “Begitu ya? Selamat.” Dada Tezuka bagai di tusuk tombak yang tajam. Sakit. Sakit mengetahui kenyataan yang ada. “Dengan siapa?”
“Atobe. Atobe Keigo.” Tezuka terpana. Ia kenal orang itu. Atobe Keigo merupakan saingannya walau Tezuka tidak pernah merasa begitu.
“Kapan?” tanyanya pasrah namun tetap terlihat tenang di mata Fuji.
“Minggu depan. Ini undangannya.” Fuji menyerahkan kartu undangan pernikahannya untuk Tezuka. “Kami menikah di catatan sipil lalu membuat Pesta di rumah Atobe. Hadirlah.”
“... pasti. Aku pasti hadir. Kau kan temanku.” Kata-kata teman itu menusuk dada Fuji. Fuji hanyalah teman bagi Tezuka tak lebih.
Fuji dan Tezuka berpisah di muka restoran. Tak banyak kata-kata keluar dari mulut mereka berdua. Keduanya terdiam. Tak berniat untuk mengeluarkan suara.
“Aku ke sana.” Fuji menunjuk jalan di sisi kiri restoran.
“Aku ke sana.” Tezuka menunjuk jalan di sisi kanan restoran.
“Berarti kita berpisah di sini.” Ucapan itu memiliki banyak arti untuk mereka.
“Ya.”
“Ja... sampai bertemu di pesta pernikahanku.”
“Ng.”
Mereka berbalik. Saling membelakangi. Punggung bertemu punggung. Mereka berjalan menapaki jalan masing-masing. Di tengah-tengah, Fuji berbalik. Menikmati punggung Tezuka untuk terakhir kalinya. Ingin ia teriakan nama Tezuka. Tapi di urungkan. Karena ia tahu, saat nama Tezuka keluar dari mulutnya. Maka pertahanannya akan runtuh dan ia pastikan dirinya berada di pelukkan Tezuka dan itu adalah hal yang tidak boleh di lakukannya. Fuji menatap Tezuka sedih. Ia pun berbalik kembali membelakangi Tezuka.
Tezuka berbalik. Menatapi punggung Fuji untuk terakhir kalinya. Lama ia terdiam di tempatnya berdiri. Apa yang akan di lakukannya sekarang? Berlari? Mengunci Fuji dalam pelukannya? Lalu apa? Menyatakan perasaan yang selama ini di pendamnya? Itu mustahil... sekarang Fuji sudah memiliki kekasih hatinya sendiri dan itu bukan dirinya. Tezuka mengangkat tangannya. Membayangkan tangan itu merengkuh Fuji. Ia ambil kembali tangan itu. Hanya tangan kosong tanpa Fuji di rengkuhnya. Ia kembali berbalik membelakangi Fuji.
“Sayonara.” Ucap keduanya dalam hati bersamaan. Memastikan perpisahan dari awal yang belum mulai.

Flash back

Hari kelulusan, baik Tezuka dan Fuji, keduanya sama-sama kehilangan semua kancing seragam mereka. Semua gadis mengambilnya sampai-sampai kancing kemeja pun ikut di rampas paksa.
“Haaa... akhirnya kita lulus juga.”
“Ya.” Tezuka menyetujui kata-kata Fuji.
“Lihat pakaian kita! Semua kancingnya tak ada. Benar-benar mereka tidak berpikir apa bagaimana kita pulang nanti?” Fuji protes pada para wanita yang egois itu.
“Anggap saja kenangan terakhir.”
“Ya... kau benar.”
Mereka berjalan sampai persimpangan jalan. Tak banyak bicara, hanya berjalan. Menikmati kesunyian yang ada. Merasakan hawa keberadaan di samping mereka.
“Aku pulang ke arah sana.”
“Aku ke sana.”
“Dah, Tezuka.”
“Dah.”
Mereka berjalan di jalan yang berbeda. Seakan-akan takdir menyeret mereka ke dalam arus yang berbeda. Tidak sama. Tidak bersama.
“TEZUKA!!!” Fuji meneriakkan nama Tezuka. Tezuka menoleh. “Semoga beruntung! Sama bertemu lagi!” Fuji melambai-lambaikan tangannya.
“Begitu juga denganmu.” Balas Tezuka setengah berteriak.
Mereka kembali menampaki jalan takdir mereka masing-masing.

Back to now

Hari pernikahan

Sepulangnya dari catatan sipil. Fuji dan Atobe di sambut oleh sorak-sorai ucapan selamat dari sahabat-sahabat mereka. Atobe menggandeng Fuji ke halaman rumahnya, tempat pesta di gelar. Fuji melirik. Mencari sosok Tezuka di antara banyak tamu undangan. Dan ia menemukannya. Tezuka berdiri jauh dari kerumunan. Menyenderkan punggungnya ke batang pohon di halaman rumah Atobe. Tezuka menatap Fuji dengan tatapan... sedih?
Perasaan Fuji menjadi terombang-ambing melihat tatapan Tezuka kepadanya. Ia tidak menikmati pesta yang telah capek-capek di buat oleh Atobe.
“Ada apa? Kau tidak menyukai pestanya?” tanya atobe khawatir. Fuji buru-buru mengalihkan pandangannya. Menatap Atobe. Menggeleng.
“Tidak... aku senang. Sangat senang.” Jawabnya mencoba membuat Atobe tenang. Atobe mencium kening Fuji.
“Setelah pesta selesai. Waktunya kita berdua. Jadi bersabarlah!” Atobe menyalah artikan ekspresi Fuji.
“Ya.”
Fuji masih terus kepikiran dengan tatapan mata Tezuka itu. Tezuka sendiri bukan tidak menyadari bahwa dirinya tengah menatap Fuji dengan ekspresi kecewanya. Tezuka menghela nafas sejenak. Di dekatinya Fuji. Di pasangnya senyuman terbaik untuk orang terbaik di hatinya. Di ulurkan tangannya, untuk menjabat tangan Fuji.
“Selamat!” ujarnya tulus. Fuji meraih tangan Tezuka. Menjabatnya.
“Terima kasih.”
“Yo~ Tezuka!” atobe kembali dari kerumunan tamu-tamu yang mengelilinginya. “Kau datang?”
“Ya. Selamat untuk kalian.”
“Terima kasih.” Ucap Atobe senang. Di peluknya Fuji tak ingin di lepaskan.
“Atobe!!! Waktunya bersulang!” seru Gakuto.
Atobe pun menarik Fuji untuk mengikutinya ke meja minuman, untuk membuka botol champagne. Fuji yang di tarik oleh Atobe masih menyempatkan diri melihat ke belakang. Melihat ke arah Tezuka. Tezuka yang tak mau membuat Fuji sedih di hari bahagianya pun tersenyum.
“Pergilah! Buka champagne-nya!” jawabnya berusaha bersemangat. Fuji membalas tersenyum.
Sesampainya di meja berisikan tumpukkan gelas champagne. Atobe langsung membuka botol champagne itu dan menuangkannya ke dalam gelas champagne bersamaan dengan Fuji. Kini, semua tamu memiliki satu gelas champagne dan mereka bersulang di udara.
“CHEERS!!!” teriak mereka bersamaan. Ada beberapa orang yang tak meneriakkan kata-kata itu. Hanya mengangkat gelas mereka. Salah satunya Tezuka.
Atobe mencium bibir Fuji di depan para tamu. Mengungkapkan rasa bahagianya atas hari besar ini. Tezuka melihatnya tanpa ekspresi atau mungkin tak menemukan ekspresi yang tepat.
“Sekali lagi selamat Fuji! Semoga bahagia!” ucap Tezuka tanpa di dengar oleh Fuji. Ia menaruh gelas champagne-nya di salah satu meja yang di sediakan. Keluar dari halaman dan meninggalkan pesta di tengah-tengah. Fuji pun tak henti-hentinya tersenyum di samping Atobe. Bagaimana pun ini hari bahagianya. Maka ia harus tersenyum.
“Selamat jalan, Tezuka! Selamat jalan, cinta pertama!”

FIN

3 comments:

  1. jane kakoi yo......
    cerita lo keren bgt ni jane...
    teruskan pasti lagi gila2nya sg ya???
    hahahaha.....
    by pb 5
    nb: sorry gw g berhasil nemu jarahan hue...T_T

    ReplyDelete
  2. ini fic kejam tau!!!
    sadis se sadis-sadisnya...
    you want to appear at headline news as a corpse because you separate my beloved tezufuji *rage mode on*
    -you know who this person that write this comment-

    ReplyDelete
  3. Kalo hari ini terasa membosankan... main donk ke www.ipopscollections.com beneran dech, kamu ga bakal rugi :)
    Di sana kamu bisa cuci mata dan hunting barang branded dengan harga MURAH.

    Mau cari jam tangan TAg Heuere, Bvlgari, Gucci, Guess... adaaaa
    Mau cari tas Louis Vuitton, Hermes, Tods, Prada, Gucci, Chanel??? Adaaaa...

    Pokoknya surganya para cewek deh...

    Terus, kalo kamu mau coba2 bisnis, kami akan kasih harga reseller juga... jadiii,ga rugiii kan? yuuuk happy shopping di ipopscollections :)

    See you

    ReplyDelete